Selasa, 12 Agustus 2008

Manusia bernafsu Kera.....



Seno alias Bimo alias Werkudoro



DALAM tulisan sebelumnya sudah aku paparkan sedikit kisah asal muasal mengapa Semar perut dan bokongnya mbedah alias menonjol ke depan dan ke belakang. Terus mengapa Togog mulutnya panjang dan sobek, istilah bahasa Jawa ndower. Semua itu terjadi akibat dari menuruti nafsu rakus, haus kekuasaan yang tak terkendali.

Lalu apa akibatnyanya bila kita sebagai hamba Allah yang hakekat diciptakanNya hidup di dunia untuk beribadah kepadaNYA ternyata dalam hidupnya di dunia yang fana ini hanya mengumbar nafsunya hayawannya saja. Untuk menjelaskan hal ini tidaklah mudah. Untuk memudahkan pemahaman kisah yang hakekatnya merupakan bagian dari pelajaran ilmu Tauhid akan aku nukilkan kisah pertemuan Nabi Musa As dengan Nabi Khidir As.

Oleh Sunan Ibrahim Makhdum alias Sunan Bonang, satu dari Walisongo, kisah itu digubah menjadi buku "Seno Mencari Air Hidup" atau berisi kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir As mencari Maul Hayat. Dari buku dan pelajaran yang pernah aku peroleh dari guru ruhaniku di sebuah kota santri di Jawa Timur, disebutkan mengapa lambang Nabi Musa mencari MA-UL HAYAT itu Bimo/Seno/Werkudoro?

Antara lain karena Nabi Musa As mendapat mukjizat2 yang hebat, pendiriannya sangat kukuh. Begitu juga Seno, pendiriannya kuat, punya kesaktian, hanya mengenal haq dan batal saja. Makanya lambangnya Seno itu menunduk, tidak menengadah, dan menggenggam kukunya yang sangat tajam, maknanya kuku itu kuat dan kokoh.
Nabi Musa as mempunyai kedudukan yang menguasai kaum Bani Isroil. Begitu juga dengan Seno, dia mempunyai kedudukan tinggi di negeri Amarto (yang suka wayang epos Mahabarata tentu tahu ini).

Dari cerita dibawah ini yang mengambil tamsil dari pewayangan serta tidak sedikit memakai istilah dari bahasa pewayangan, semoga dapat membantu memahami apa akibatnya bisa hidup hanya mengumbar nafsu. Tentu saja ini bukan makna dalam arti dhohir atau lahir tapi lebih merupakan tajasudil makna.
****

"Kamu boleh mencintai segala apa yang ada di dunia sekehendakmu, engkau akan dipisahkan dengan apa yang kamu cintai. Berbuatlah sesuatu menurut kehendakmu, engkau akan dibalas karena perbuatanmu. "(Alhadits).

Sabda Rasulullah tersebut hakekatnya mengandung tiga hal. Pertama boleh kita 40 th, 80th, 100th akhirnya juga mati. Kedua, boleh kita mencintai segala sesuatu yang ada di dunia ini maka engkau akan dipisahkan dengan apa yang engkau cintai.

Ketiga, kita berbuat apa saja, toh nanti akan dibalas menurut perbuatan kita. Perbuatan baik akan dibalas kebaikan, perbuatan jahatpun akan dibalas setimpal dengan kejahatannya. Jadi hakekat mati itu MUFARRIQUN BIHI (perpisahan antara ruh dan jasmani).

Berikut dialog antara nabi Musa As dengan nabi Khidir As. Seno adalah perumpaan dari nabi Musa As, dan D.Ruci adalah perumpaan nabi Khidir.

Seno: Akan kembali kemana, kalau ruh sudah bisa dengan badan (jasmani)?

D.Ruci: Ruh itu tidak dari bumi, tidak dari api, tidak dari air, tidak dari angin, tetapi ruh itu dari alam yang namanya MALAKUT atau GHOIB atau disebut alam AMAR. Jadi ruh itu kembali ke alam AMAR. "Amruhu min amri robbi (Ruh itu termasuk urusan Tuhanku" (S.Al Isro/ayat 85).
Singkat cerita dalam dialog antara Seno dengan D.Ruci, Seno bertanya mengapa di alam malakut ada pohon-pohon yang tumbang bisa menjelma macam-macam warna.
Ada yang menjelma berubah menjadi babi besar, yang mengeluarkan api, ada yang menjadi kera, ada yang hilang sifat pohonnya, menjadi kerbau, sapi, kambing, menjadi keledai, ular ada yang menyerupai laba2, anjing, jadi batu yang mengeluarkan api, rupa syaiton.
Di dalam firman Tuhan S.Yaasiin/S.36/ayat80 disebutkan," Dari pohon yang hijau itu mengeluarkan cahaya atau api".

D.Ruci: Ada yang Seperti kera
Seperti dalam Alquran S.Albaqoroh ayat 65,"Jadilah kamu kera yang hina".
Tentu kita semua tahu bagaimana kera/monyet bila sedang makan. Meski sedang makan kalau dilempari makanan pasti diterima terus, tidak pernah memberi tapi kalau diberi pasti diterima. Lisannya masih makan sambil garuk-garuk, kalau dilempar tangan kirinya menerima, dilempar lagi tangan kanannya menerima, dilempar lagi ekornya menerima. Ini lambangnya orang yang tamak/rakus.
Jadi asal muasalnya itu manusia, tapi dalamnya kera.

D.Ruci: Ada yang tumbang seperti batu.
Batu itu hati orang yang keras (hati keras seperti batu). Jika hati seperti batu, maka hujan tetap hujan, air tetap air, kelihatannya saja basah, tapi tak bisa menembus apa-apa, tidak ada penerangan yang bisa mencairkan, bila sudah seperti itu. Makanya ada yang disebut hatinya batu, kepala batu. Firman Allah, "Fahiya Kalhijaarot", yang artinya "maka ia seperti batu" (Albaqoroh ayat 74).

Seno: Kok ada apinya...?
D.Ruci:
memang itu calonnya bahan bakar neraka. Allah berfirman yang artinya, "Dan bahan bakarnya neraka itu manusia dan batu (batu hati)". (Albaqoroh ayat 24).
Batu hati itu jika tidak dinyalakan, ya tidak nyala. Dan neraka jika tidak dinyalakan dengan dimasuki manusia, maka tidak akan nyala, adanya nyala karena dinyalakan sendiri.
Wallahu a'lam bishowwab.

Tidak ada komentar: